0

Tengah asik membaca sebuah buku karya Rumi, tiba-tiba kamarku diketuk. Tok,tok,tok...dan belum aku menjawab sosok adik bungsuku, Fitra yang ada dihadapanku. Aku sangat terkejut, bukan karena Fitra yang masuk tiba-tiba tanpa izinku, melainkan karena kondisinya saat ini. Betapa tidak, dagunya berlumur darah. Sungguh...aku sempat tercengang hingga mengacuhkan adik kecilku ini beberapa detik lamanya. Aku tersadar ketika mendengar suaranya dengan tangis yang tertahan.
"Kak Nisa...kalau luka begini diapain?"
Aku tak serta merta menjawab pertanyaan adikku. Kupandangi adik kecilku ini dari atas ke bawah. Allah...ternyata bukan hanya dagunya yang berlumuran darah, tapi lutut dan tangannya juga.
"Allah...kok bisa luka begini sayang?"
Tanyaku, sambil beranjak dari posisi meja belajarku untuk mengambil kotak P3K, baskom berisi air hangat dan tak lupa juga waslap. Sebenarnya aku ingin menangis melihat kondisi adik kecilku ini (saat merawat lukanya ) tapi aku tahan. Aku sangat mengenal karakternya. Adikku ini akan mudah menangis saat melihat orang yang menangis, terlebih jika orang tersebut adalah anggota keluarga. Terlebih lagi dengan kondisinya saat ini. Aku harus kuat, agar adikku kecilku ini juga kuat. Ya...setidaknya itu salah satu bentuk aku menguatkannya. Sesekali aku melihat adikku menghapus air matanya sewaktu aku merawat lukanya. Allah, sungguh aku tak tega melihat kondisinya. Kembali aku bertanya pertanyaan yang belum sempat dijawab oleh Fitra, sambil merawat lukanya.
"Kok bisa luka begini dek?"
"Sepeda Fitra ditabrak dari belakang kak sama pengendara motor"
"Allah...trus pengendara motornya enggak nolong Fitra?"
"Enggak kak, orangnya cuma lihat Fitra aja trus pergi"
"Fitra, naik sepedanya terlalu di tengah ya sayang?"
"Fitra udah dipinggir kok kak Nisa, Fitra tadi udah berhenti trus mau nyebrang, tiba-tiba ada motor yang nabrak dari belakang"
"Gak ada orang yang nolongin dek?"
Adikku menjawab dengan gelengan kepala. Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, kemana nurani orang yang menabrak adikku ini. Tidak merasa bersalahkah dia telah menabrak anak usia 12 tahun, dan meninggalkannya begitu saja tanpa bertanya kondisinya?
Apa yang ada dipikiran orang-orang tersebut saat melihat anak kecil terluka, bagaimana jika anak yang terluka itu salah satu dari anggota keluarganya atau minimal orang yang dikenalnya, tak merasa sedih dan prihatinkah mereka?
Rupanya aku begitu tenggelam dalam pemikiranku sendiri sampai-sampai aku tak menyadari jika saat ini adik kecilku ini menangis sesengukan.
"Sabar ya dek... ini pelajaran buat Fitra agar kedepan bisa lebih hati-hati"
"Fitra sudah hati-hati kak Nisa, Fitra kan menyeberang di tempat penyeberangan"
"Iya, kak Nisa paham, tapi yang harus Fitra pahami bahwa tidak semua orang yang ada di jalan mengerti akan tanggung jawabnya, jadi Fitra harus lebih waspada ya sayang!"
Adikku hanya menganggukkan kepalanya, sambil menyeka air matanya.
"Kita ke dokter yuk sayang, kita coba cek kondisi Fitra"
"Enggak usah kak, Fitra istirahat aja"
"Tapi kak Nisa khawatir Fitra kenapa-napa, apalagi kalau ayah sama bunda tahu, bisa-bisa beliau marah kalau kak Nisa enggak bawa Fitra ke dokter"
"Fitra enggak kenapa-napa kok kak, lukanya kan udah dirawat kak Nisa, kakak kan juga dokter"
Fitra mengeluarkan cengiran khasnya. Mau tak mau aku ikut tersenyum mendengar kata-katanya. Dengan gemas kucubit sayang pipi sebelah kanannya.
"Auhh...sakit kak"
"Kamu sih, bandel...kakak ini bukan dokter tapi mahasiswa kedokteran, baru semester 4 lagi"
"Sama aja kak, besok-besok juga jadi dokter"
"InsyaAllah...doain ya dek"
"Kak Ayah sama bunda pulangnya kapan sih?"
"Belum tahu dek, kalau kondisi nenek membaik baru mereka pulang, kenapa kangen ya?, dasar manja"
"Ih...kakak, ayah sama bunda kan sudah seminggu di Sumatra, wajar dong Fitra kangen" Bela adikku yang tak terima ku sebut manja. Aku hanya tersenyum mendengar pembelaannya itu.
"Kak Nisa, Fitra tidur di Kamar kakak ya"
Hmm...adikku ini selalu saja begitu, akan sangat manja saat dia sakit. Mungkin karena dia anak bungsu. Lagi pula aku tak mungkin membiarkannya tidur sendiri dalam kondisi seperti ini. Aku Khawatir, karena bisa saja tiba-tiba ia akan demam. Hal tersebut seringkali dialami beberapa orang yang dalam kondisi baru saja mengalami kecelakaan. Ya...semua kembali pada ketahanan fisik setiap orang sih. Tanpa menunggu jawabanku, rupanya Fitra langsung memposisikan diri untuk tidur. Kutarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga sebatas leher. Aku juga meletakkan bantal guling dikanan-kirinya dan mengatur posisinya senyaman mungkin.

Nia Hasnia
Email: niahasnia7@gmail.com
WA: ¶0838-5626-7593¶

Posting Komentar

 
Top