0


Sobat...berbicara mengenai kabut asap, apa yang ada di benak kalian? Sedih, marah, kecewa, atau apa?
Jujur saya pun  tak bisa berkata-kata. Walau ingin rasanya berkata pada saudara kita disana bahwa kita peduli, kita berempati, namun cukupkah hanya itu saja? Walau nyatanya juga tak banyak yang bisa kita perbuat.

Sesak, itu yang kita rasakan hanya dengan menyaksikan kumpulan asap tersebut.
"Bagaimana saudara kita disana?"
Apa yang kalian rasakan ketika anak-anak mengatakan
"Bunda, mata adek perih, sesak bunda". (Allah tercabik rasa hati ini)
Kembali lagi mereka bertanya apa yang bisa kita lakukan? Sedang asap pun tak menunjukkan tanda akan reda dan hilang. 

Bahkan  Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah telah memberlakukan status tanggap darurat setelah selama beberapa pekan menunjukkan  pencemaran udara di wilayah tersebut melampaui tahap berbahaya.

"Sampai kapan kabut asap menyelimuti Indonesia?"
Itu pertanyaan kita bersama bukan? Miris melihat kenyataan bahwa anak-anak harus bersahabat dengan tabung oksigen. Sekolah harus menghentikan aktifitasnya untuk batas yang tidak di ketahui. (walau saat ini didirikan sekolah darurat oleh sejumlah relawan ) Dan belum lagi segudang masalah lain yang diakibatkan kabut asap.

Kita tahu kabut asap bukanlah kali pertama terjadi. Bahaya yang di timbulkannya pun sangat berbahaya bagi pernafasan.Dan hal tersebut menginspirasi seorang gadis remaja awal untuk menciptakan sebuah alat pendeteksi asap, akibat kebakaran lahan dan hutan.  (Masya Allah)...

Ya...mungkin saat ini alat tersebut belum berguna, namun kelak bukan tak mungkin bahwa kabut asap tak lagi terjadi karena alat tersebut. Dan somoga kabut asap ini bisa menjadi kali terakhir.

Ya Allah, kami yakin tak ada satupun untaian doa kami yang Engkau siakan.

#kmopeduli
#SarapanKataKMO7
#NoAsap
#1000PenulisMuda
09102015

Posting Komentar

 
Top