0


"Aisss...Kak Nia, kakak saya dan suaminya panik bahkan sempat berdebat saat mengetahui ponakan saya kena bully di sekolahnya"

Ayah bunda... pernah ada dalam posisi tersebut?

Yaaa... hal tersebut bukan tak mungkin terjadi. Maka solusi yang perlu dipertimbangkan para orangtua saat anak terkena bullying antaralain:

1. Kompak

Sangat penting tentunya bagi ayah dan bunda untuk satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Karena bukan tidak mungkin, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan saat kedua orangtuanya justru berdebat.

Maka...menjadi kompak dalam mengambil keputusan adalah hal yang mutlak dilakukan. Kompak dalam hal apa saja, misal ;
•> Perlukah campur tangan orangtua
•> Perlukah orangtua datang ke sekolah
•> Perlukah ayah bunda menemui orangtua pelaku bullying
•> Perlukah melapor pada polisi

2. Pelajari dan Kenali Karakter Anak.

Ayah bunda...perlu kita sadari bahwa, salah satu penyebab terjadinya bullying dikarenakan ada anak yang memang memiliki  karakter yang mudah dijadikan korban.

Benarkah begitu?

Diakui atau tidak itulah kenyataannya ya ayah bunda! Oleh sebab itu, mengenali karakter anak akan memudahkan orangtua untuk mengantisipasi potensi bullying pada anak. Setidaknya orangtua lebih cepat menemukan solusi, karena  siap secara mental menghadapi kasus bullying tersebut.

3. Bangun Komunikasi dengan Anak.

Banyak anak yang enggan bercerita pada orangtua. Hal tersebut dikarenakan kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak. Maka dengan terbangunnya komunikasi orangtua dan anak menjadikan anak  nyaman saat  bercerita kepada orangtuanya terutama saat anak menghadapi masalah, yang salah satunya adalah bullying di sekolah. Hal tersebut sekaligus membantu ayah bunda untuk memonitor apakah kasus bullying tersebut sudah terpecahkan atau belum.

4. Jangan Terlalu Cepat Ikut Campur.

"Kak Nia, Bagaimana kami tidak ikut campur, jika anak kami yang jadi korban bullying!"

Ayah bunda, Idealnya anak-anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Termasuk didalamnya kasus bullying tersebut. Oleh karena itu, memupuk keberanian, dan rasa percaya diri pada anak terutama yang menjadi korban bullying adalah hal yang perlu untuk kita prioritaskan. Misal;
Seorang anak memiliki kekurangan tertentu, terutama kekurangan fisik maka;
•> Perlu kita tanamkan sebuah kepercayaan bahwa hal tersebut  merupakan pemberian Tuhan, dan bukan sesuatu yang memalukan.

•> Tanamkam juga bahwa jangan mudah terhasut oleh ledekan teman. Beri pemahaman bahwa “semakin kita terpengaruh ledekan teman, maka teman yang meledek akan semakin senang"

"Aish kak Nia kalau saya kekeh deh untuk ikut campur menyelesaikan langsung masalah itu"

Ayah bunda ...coba untuk percaya sama anak ya!

5. Tahu Kapan Saatnya Ikut Campur

Faktanya yang tidak boleh diacuhkan para orangtua adalah,  seringkali anak tidak suka saat orangtuanya ikut campur masalah mereka, termasuk masalah bullying.
Karena bukan tak mungkin jika anak yang dibully lebih menderita lagi kalau orang tuanya turut campur. Hal ini terjadi pada beberapa kasus, dimana anak yang membuli melihat campur tangan orangtua sebagai bentuk kelemahan teman yang dibullynya. Sehingga pada kesempatan lain bulyyan itu semakin bertambah.

Oleh karena itu, orangtua harus  benar-benar mempertimbangkan saat yang tepat ketika memutuskan untuk ikut campur menyelesaikan masalah.

Kapan sih orangtua bisa ikut campur?

•> Kasusnya tak kunjung selesai.

•> Kasus yang sama terjadi berulang-ulang.

•> Bullying yang dihadapi mengarah pada kasus pemerasan, dan melibatkan jumlah uang yang tidak sedikit.

•> Ada indikasi bahwa prestasi belajar anak mulai terganggu.

6. Bicaralah dengan Orang yang Tepat.

Ketika ayah dan bunda memutuskan untuk ikut campur dalam menyelesaikan masalah, hal yang perlu dipertimbangkan adalah,  berbicara guna berdiskusi untuk menghentikan masalah tersebut.

Yang menjadi pertanyaan tentu, harus berbicara dengan siapa?  atau siapa orang yang tepat untuk diajak berbicara?

Pada banyak kasus yang terjadi, orangtua siswa yang dibully memilih berbicara dengan pihak sekolah/guru. Setelah itu barulah berbicara dengan pelaku bullying tersebut.

Pada beberapa kasus juga terdapat beberapa orangtua yang enggan berbicara dengan orangtua pelaku bullying, dengan alasan khawatir masalahnya jadi melebar kemana-mana, dan situasi menjadi sangat emosional. ( Tidak dipungkiri setiap orangtua memiliki naluri untuk melindungi anak-anaknya )

7. Kalau Perlu, Intimidasilah Pelaku bullying.

Pasti ada yang bertanya mengapa kita jadi ikut - ikutan mengintimidasi orang?

Ayah bunda...Idealnya memang jangan melakukan itu, tapi kalau memang diperlukan, yah....apa boleh buat!
Tentu hal tersebut dilakukan bukan hanya sekedar untuk balas dendam ya! Tujuannya adalah:

•> Menunjukkan pada anak bahwa orangtuanya selalu ada di sisinya,  sehingga dia tidak merasa sendirian.

•> Menunjukkan pada pelaku bullying, bahwa jika dia terus melakukannya maka dia akan berhadapan dengan masalah yang besar.

•> Menunjukkan pada guru/pihak sekolah, bahwa jika pihak sekolah/guru tidak bisa menyelesaikan masalah bullying tersebut maka, Sebagai orangtua tentu akan ikut campur menyelesaikan masalah tersebut.

Ayah,bunda....sekali lagi hal ini sebaiknya menjadi pilihan terakhir. (sebelum lapor ke polisi)

8. Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah.

Dalam beberapa  kasus yang diceritakan teman-teman saya, anak-anak kadang merespon bullying yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah sekolah.

Apakah harus dituruti?

Bukan tidak mungkin. Tapi jika memang pilihan tersebut sudah mempertimbangkan banyak hal, dan yakin bahwa hal tersebut memang langkah yang harus ditempuh.

Namun... sebisa mungkin hindari hal tersebut!
Karena pindah sekolah bisa diartikan sebagai pelarian dari masalah. Anak-anak harus paham bahwa setiap masalah harus diselesaikan. Dan yang tidak boleh dilupakan bahwa bullying terjadi hampir disetiap sekolah.

9. Serba Salah? Tetap Harus Dilakukan.

Terkadang kita harus berhadapan dengan pilihan yang sama-sama sulit. Dalam kasus bullying yang lemah akan selalu ditindas. Maka untuk menghindarinya mau tak mau, suka tak suka, anak-anak harus diajarkan untuk membela diri meskipun dengan cara yang tidak kita sukai.

10. Jangan Larut dalam Emosi.

Pernah mendengar istilah “orang emosional akan selalu kalah”. Maka hindarilah semaksimal mungkin segala bentuk emosional yang dapat membuat kita tidak terkendali.  Karena akibatnya, masalah bisa melebar ke mana-mana.

Dan...jangan mengungkit-ungkit masalah yang sudah selesai, atau dianggap selesai. Jadikanlah satu bentuk pembelajaran. Lupakan... karena masih banyak masalah yang harus di hadapi kedepannya dan bukan tak mungkin masalah tersebut membutuhkan perhatian yang lebih.

#Peduli kasus bullying

Nia Hasnia
Email: niahasnia7@gmail.com
WA: ¶0838-5625-7593¶

Posting Komentar

 
Top